Pada
dua pagi yang mengikat satu malam itu
Hingga
tiga dan empat kali berulang
Tak
ku temui aku dalam diriku
Aku
lenyap dari inti diri
Tak
terdengar nada dan suara Sahuleka
Tak
tercium aroma arak dalam cawan kaca
Dalam
diriku, aku hilang
Berantakan
dan cerai berai
Merebak
dan meregah tubuh diriku itu
Kepala
serta mata menatap perempuan Cheran
Hati
serta tangan memangku bocah Mozambik
Kemudian
yang lain terusir, entah kemana
Dalam
diriku, aku habis, kering
Dalam
diriku, aku limbung, tak seimbang, tak harmonis
Sedemikian
rupanya saat aku pergi
Meninggalkan
diri yang cemas dan kelam kabut
Bukan
karena asmara atau manusia lainnya
Bukan
pula karena ruang yang penuh carut marut
Sebab
akulah sebenarnya yang berengsek dan nanar itu
Aku
ialah karena itu
Redalah
diriku, hening dan tenanglah
Jika
tiba waktunya, aku akan lekas pulang
Membawa
diriku, pada kamar yang kita mau
Berbunga,
semerbak dan tak hanya kita yang tinggal
(J.
A. Rahman, 2019)
Komentar
Posting Komentar