Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Arunika : Gelap yang Menemukan Terang

“Bud, aku sedang tak baik-baik saja”, ujar Arunika pada Budi di suatu hari. Lalu hari tersebut Budi habiskan untuk menemani Arunika mengelilingi kota. Ya, kota ini tempat pertama kali Arunika mengenal Budi. Kota yang kelak akan menjadi saksi, sebuah perpisahan atau sebuah keselarasan. Sungai yang panjang itu mereka telusuri berdua, melewati sebuah water front dengan lukisan corak insang. Sungai yang mereka tahu bahwa Wiji Thukul pernah bersenda dengan temannya beberapa bulan sebelum dinyatakan hilang sampai saat ini, ah Kapuas, sungai yang tak kalah panjang dari perjalanan hidup mereka. Budi dan Arunika duduk di sebuah gazebo yang menghadap langsung pada Sungai Kapuas dan Masjid Jami’, “Kau tahu Bud, terakhir aku tak bisa beranjak dari kota ini adalah sebab seorang yang adzannya tak kalah merdu dibanding muadzin di masjid itu. Namanya tak jauh beda dengan namamu”. Mata Arunika berkaca-kaca, begitu mereka berdua bergantian membuat Arunika bahagia berturut-turut. “Tahu kah kau,