Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Arunika : Bukan Annelies dan Minke

              Satu bulan berlalu, Arunika dan Budi tidak bertemu satu sama lain. Terakhir, Budi berjanji akan menemui Arunika di sebuah bukit sekitar 172 kilometer dari pusat kota. Mereka akan bertemu dan Budi akan membawa Arunika ke sebuah perjalanan waktu, Arunika hanya tertawa ketika membaca pesan singkat Budi. Sejak kapan cerita ini menjadi cerita fantasi?             Sore telah menyambut Arunika ketika ia berada di puncak bukit tersebut, syukurlah ia sampai ketika sore karena bukit itu malah seperti bukit teletubbis dimana hanya ada satu pohon tepat di puncaknya, sisanya hanya rerumputan semata kaki. “Hai Arunika!” teriak Budi dengan suara yang menggema. “Kita akan kemana, Bud?” Tanya Arunika ketika Budi sudah duduk disebelahnya. Budi mengajak Arunika menuju sebuah lubang di akar pohon tunggal di bukit tersebut. Mereka ditarik oleh sebuah kekuatan yang membuat tubuh mereka terasa sangat aneh. Setelah rasa aneh yang sangat luar biasa itu, terasa hawa segar yang membuat Arunika

Kita, Simbol Egoisme

(Sumber Foto : Instagram @buditjahjana) Kita adalah lambang dahaga Tak ingin tunduk pada seorangpun Langkah yang kian menjauh Kau dan aku, begitulah Kau adalah simbol luka paling dalam Yang tak pernah tersembuhkan Lalu, katanya, apa tak lelah? Pada luka yang sama, terus menerus Tidak, luka itu, bahkan sakit itu Entah karenamu, entah karena siapapun Akan sembuh, mengering, menghilang Sebab, kau adalah obat dari segalanya Kita adalah simbol egoisme Aku telah mematahkan harapan Kau telah menyembunyikan Lalu, ku tanya, sekali ini saja Apakah kau baik-baik saja? Aku dan egoku, bertanya padamu Kali ini, izinkan aku memujimu Dari seribu satu racunmu Entah itu menyembunyikan Entah itu menjaga hati Mataku, tak kau izinkan melihat Telingaku, tak kau izinkan mendengar Namun, karena itu, aku dan egoku Ingin selalu menjadi juara pertama Apakah itu aku? Lalu, aku sedang payah, patah Mengapa kau masih obat itu?