Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Arunika : Toko Buku Loak

  Awal bulan tujuh, minggu pagi dengan angin yang tak begitu bersahabat. Daun-daun berguguran di halaman depan penginapan Arunika. Kali ini Arunika merasakan sejuk yang sangat menusuk, entah akan datang hujan atau tidak, tetapi beberapa hari ini masih saja mendung mengelilingi. Jogja selalu istimewa, meskipun kedatangan Arunika dengan pesawat terakhir pukul 22:00 tiga hari lalu disambut dengan hujan, membuat jalanan licin dan banyak grab yang meng- cancel pesanannya. Tempat Arunika menginap sebenarnya kos-kosan yang terletak dekat dengan bandara Adisucipto, di ujung gang dengan pemandangan kebun jagung yang sangat luas di belakangnya. Kos tersebut cukup nyaman, cukup untuk melepas lelah dari kegiatan pencarian buku Babad Tanah Jawi, ya, buku yang sangat legendaris, tetapi sangat sulit dicari loaknya. Pagi itu Arunika berencana untuk sarapan di Pasar Bantengan, cukup jalan kaki dari tempat Arunika menginap.  Sarapan Arunika kali ini ialah gado-gado, yang setelah ia makan ia akan sadar

Arunika : Danau dan Hujan

  Akhir juni dengan hujan yang selalu datang tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Setelah 2 tahun berlalu, Budi kembali ke Indonesia. Arunika mendengar kabar dari teman-temannya bahwa Budi jatuh sakit. Ya, sakit yang sebenarnya hanya sedikit menggerogoti fisiknya, tetapi dengan hampir utuh merusak pikiran Budi. Arunika, bukan tak tahu itu, perasaannya cukup lekat untuk Budi, ia tahu, meskipun dengan jarak yang sudah mereka ulur sehingga hanya takdir Tuhan yang dapat membuat pertemuan menjadi nyata. Arunika masih menjadi manusia yang mengetahui Budi, dengan tidak mendengar dari siapapun, tapi mendengar dari dirinya sendiri, dari hati terdalamnya. Pertemuan ialah hal yang paling dibenci Arunika, sebab dengan pertemuan, ia dapat membaca Budi dengan sangat utuh. Budi, sedang tidak baik-baik saja. Arunika masih dengan keras hati menganggap tak tahu apapun tentang Budi. Hingga tak ada satupun kuasa manusia dapat menahannya ketika Tuhan sedang ingin mengambil alih. Bisa ditebak, Arunika dan Budi ke

Arunika : Deja Vu II

Pukul 2 pagi, Arunika masih terjaga. Sesak dadanya, teringat kejadian malam itu ia bertemu dengan seorang yang mungkin saja bisa membuatnya hidup kembali setelah Budi merejamkan kesakitan berkali-kali. Tapi tidak, perjuangan dan segala yang diberikan tidak terlihat sebagai perjuangan yang hakiki. Meskipun sebenarnya Budi pun belum tentu pejuang yang mati-matian. Selalu terjadi, Budi selalu duduk di singgasana dimana tak seorangpun bisa menggesernya meskipun ia ialah tirani yang tak henti-henti menjadi tokoh utama. Begitulah, ketika racun dan penawar ada di dalam satu tubuh yang sama. Satu hari sebelumnya, Budi  mengajak Arunika ke rumahnya untuk menulis sebuah puisi yang nantinya akan dijadikan musikalisasi pusisi dan ditayangkan di channel youtube komunitas. Ya, Arunika sudah mati-matian menutup segala jalan agar mereka dapat berkarya bersama, tapi, suatu hal tak terelakkan bernama takdir. Di teras rumah Budi dengan pemandangan pepohonan rindang dan bunga-bunga bermekaran. Cantika, si