Langsung ke konten utama

October, 13th 2016

Hello, Thursday, october 13th 2016 I learned English at the American Corner. There we are working on several exercises, first exercise verbs, exercise adverbs and Subject and Verb Agreement Exercise.


Grammar: Synonyms of Verbs and Adverbs for Academic English

Exercise 1. Verbs
1. Obliterate (melenyapkan) = Destroyed (memusnahkan)
2. Severed (memutus, memotong) = Cut (memotong)
3. Conceive (menciptakan) = Create (membuat)
4. Tolerate (mentoleransi) = Allow (mengizinkan)
5. Ingest (mencernakan) = Consume (mencerna)
6. Pacify (menenangkan) = Calm down (tenang)
7. Calibrate (menyesuaikan) =Adjust (menyesuaikan)
8. Magnify (memperbesar) = Enlarge (memperbesar)
9. Incentivize (dorongan) = Motivate (mendorong, memotivasi)
10. Speculate (berspekulasi) = Theorize (berteori)
11. Levitate (mengapung) = Float (mengapung)
12. Illustrate (menjelaskan) = Exemplify (memberikan contoh)
13. Elucidate (menjelaskan, menerangkan) = Clarify (menjelaskan)
14. Impede (menghalangi) = Interfere (mengganggu)
15. Advocate (menganjurkan) = Support (mendukung)



Exercise 2. Adverbs
1. Methodically (Sesuai Metode) = Systematically (secara sistematis)
2. Begrudgingly (menyesalkan) = Resebtfully (menunjukkan rasa menyesal)
3. Amicably (ramah tamah, secara damai) = Quietly ( diam-diam, dengan tenang)
4. Fiercely (dengan ganas) = Severely (dengan ganas)
5. Unintelligibly (tak dapat dipahami) = Unclearly (tidak jelas)
6. Sporadically (sesekali) = Occasionally (kadang)
7. Unequivocally (dengan tegas, tak terbantahkan) = Indisputably ( tidak dapat dibantah)
8. Zealously (tekun, dengan rajin) = Esgerly (dengan tidak sabar, berkeinginan kuat)
9. Laboriously (dengan susah payah) = Painfully (menyakitkan)
10. Earnestly (sungguh-sungguh,dengan jelas) = Decisively (secara meyakinkan)
11. Indisputably (tidak dapat disangkal) = Indisputably (tidak dapat dibantah)
12. Definitively (dengan pasti) = Absolutely (benar, betul)
13. Faintly (sedikit, dengan lemah) = Weakly (dengan lemah)
14. Discreetly (dengan hati-hati) = Privately (dengan hati-hati)

Exercise : Subject and Verb Agreement Exercise

Choose the correct form of the verb that agrees with the subject.
1.        Annie and her brothers are at school.
2.        Either my mother or my father is coming to the meeting.
3.        The dog or the cats are outside.
4.        Either my shoes or your coat is always on the floor.
5.        George and Tamara don’t want to see that movie.
6.        Benito doesn't know the answer.
7.        One of my sisters  is going on a trip to France.
8.        The man with all the birds  lives on my street.
9.        The movie, including all the previews takes about two hours to watch.
10.    The players, as well as the captain want to win.
11.    Either answer is acceptable.
12.    Every one of those books is fiction.
13.    Nobody knows the trouble I've seen.
14.    Is the news on at five or six?
15.    Mathematics is John's favorite subject, while Civics is Andrea's favorite subject.
16.    Eight dollars is the price of a movie these days.
17.    Are the tweezers in this drawer?
18.    Your pants are at the cleaner's.
19.    There were fifteen candies in that bag. Now there is only one left!
20.    The committee debates these questions carefully.
21.    The committee leads very different lives in private.
22.    The Prime Minister, together with his wife, greets the press cordially.

23.    All of the CDs, even the scratched one are in this case.

Komentar

Baca juga, yuk!

Arunika : Budi, Seorang yang di Etalase

        Sore itu langit sedang indah-indahnya. Mimpi Arunika masih sama, namun ternyata jalan menuju mimpi tersebut tidak hanya berbau hal-hal akademik, organisasi, dan keluarga. Ia duduk di tepi sungai tempat biasa melihat senja, hari itu ia merenung dengan diri sendiri. Tanpa si Jingga sahabat karibnya yang sangat suka mengejar senja. Arunika sebetulnya sangat menyukai senja, memotret bahkan menulis tentangnya. Namun, bagaikan seorang yang sedang kekenyangan, kali itu ia hanya memadang senja dengan sebuah kesedihan, karena tak mampu melahapnya. Tak lama datang seorang pria berambut ikal sepinggang dengan kumis tipis dan tatapan tajam, Budi namanya.         Jauh sebelum ia duduk di tepi sungai dan melihat senja, Arunika sudah mengenal seorang Budi. Budi adalah aktivis HAM di kotanya, mereka saling kenal karena Komunitas Penggores Pena (KPP) tempat Arunika menyerahkan pemikiran dan rumah ketiga bagi Budi selain rumahnya dan sekretariat di kampus. Budi merupakan mahasiswa Fakultas

Legowo

              Hari ini aku mematahkan pensil kesayanganku yang menjadi teman ketika aku membaca buku, ia yang menandai kalimat-kalimat manis ataupun penuh makna di dalam buku-buku yang pernah ku baca. Sejauh perjalananku, tak pernah aku ingin menggantikan pensil itu, meskipun sudah terlihat usang dan rapuh. Jangankan untuk menggantikannya, berfikir akan hal itupun aku tak pernah. Lalu, entah kapan aku mengenal kata “ Legowo ” dan berfikir aku sudah pada tahap itu atas pensil patahku. Apakah aku sudah benar-benar legowo ?             Iseng saja, aku mencari arti legowo di google, hanya untuk memperkaya pemahamanku tentang kata itu. Aku juga mencari kata itu di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang ku temui adalah legowo merupakan kalimat tidak baku dari legawa yang berarti dapat menerima keadaan atau sesuatu yang menimpa dengan tulus hati; ikhlas; rela.             Perihal legowo , aku juga bertanya pada beberapa kawan yang berdarah Jawa maupun bukan, tentang pemahaman mer

RAIH (Kisah Tentang Ia yang Disampahkan)

Kali ini adalah langkah terberat untuk Arunika ketika ia harus memilih mundur atau bertahan. Senja masih menyinari senyumannya sore itu, namun untuk kesekian kali senja tak akan bisa mengiringinya dalam melangkah. Menempa diri tanpa stamina penempa, bagaikan sebuah kertas kosong yang tak ada arah, terbang berlalu tanpa sebuah rumah. Dengan berat hati, namun diiringi keberanian dan tekad. Ia memasukkan sebuah catatan panjang tentang kedewasaan yang pernah ia curi dari rumahnya. Terik mentari memang selalu menjadi sebuah keseharian, namun kali itu ia juga tak mengingat sama sekali ada seorang yang akan mengisi hari sepinya. Terlampau jauh dari masalah percintaan, masalah hidupnya jauh lebih pelik. Maka dari itu, ia memilih membutakan mata dan hatinya hari itu. Memungut sisa-sisa kesetiakawanan, berat namun sangat mengagumkan. Tugas akhir yang kian membunuh dirinya, namun malah ia diasingkan dari dunia hanya karena ia memilih berkutat dalam diam. Hidup memang sebuah pilihan. Mem