Langsung ke konten utama

What Movie Best Describes My Life


Movie, I think the movie is one of my ways to hide my tiredness after activities outside the home and entertainment while I was at home. When watching the film, I can imagine can even feel as if I was in the film. And at once tired and weary was disappeared.
A lot of movies I've watched film of comedy, horror, action, even romantic comedy. Of all the film, I really liked the drama of Malaysia because most of the stories in it are very touching and politely because it depicts an Islamic Malay culture. I also love Korean drama, and certainly the aclion films Fast & Farious, Transformers, Divergent, The Hunger Games, and others.
But most of the films I've watched only one film can illustrate or imaged in my mind that the film is more or less have the same story as ever I feel or I'm going through that. My favorite movie and movie best describe my life is "Tenggelamya Kapal Van der Wijck"

Tenggelamnya Kapal van der Wijck is an Indonesian serial and later novel by Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka; 1908–1981) published in 1938. It follows the failed love between Zainuddin, a mixed-race man, and Hayati, a pure Minang woman.
Hamka, an Islamic scholar who disapproved of Minang adat (traditions), wrote Van der Wijck as a critique of the discrimination against mixed-race persons prevalent in Minang society at the time, as well as the subservient role of women. Originally released as a serial, Van der Wijck was republished as a novel after favourable popular reception. Described by the socialist literary critic Bakri Siregar as Hamka's best work, the work came under fire in 1962 because of similarities between it and Jean-Baptiste Alphonse Karr's Sous les Tilleuls (Under the Limes; 1832).
Zainuddin is an orphan. His Minang father died in exile after killing a relative over inheritance; his non-Minang mother has also died. He is now living with his father's friend Mak Base in Batipuh, Sumatra. As a person of mixed descent, he faces much discrimination from Minang conservatives. Although he loves Hayati, the daughter of local nobleman, he is not allowed to be with her. He decides to move to Padang Panjang, although he continues to write to Hayati.
One day, Hayati goes to Padang Panjang to see Zainuddin and stays with her friend Khadijah. However, Khadijah's elder brother Aziz falls in love with Hayati, leading to Zainuddin and Aziz to compete for Hayati's affections. Aziz, who is of purely Minang descent and a noble background, is favoured by her family; they look down on Zainuddin, who is poor and of mixed heritage. Although Zainuddin receives a sizeable inheritance from Mak Base, he is too late to inform Hayati's family, and Aziz marries her.
In despair, Zainuddin and his friend Muluk go to Java, first to Batavia and then to Surabaya, where Zainuddin becomes known as a writer and philanthropist. Aziz and Hayati also move to Surabaya, after Aziz is transferred. However, their relationship has soured and Aziz's temper leads to him being fired, leaving the couple homeless. After a period living with Zainuddin, Aziz runs away to Banyuwangi, leaving Hayati for Zainuddin; in a letter, Aziz writes that Zainuddin is more deserving.
Zainuddin, who has suffered from his longing for Hayati, spurns her and tells her to return to Sumatra. The next day she boards the Van der Wijck, which sinks off the coast of northern Java. Hearing the news, Zainuddin and Muluk rush to Tubanto search for her. They find her in a hospital, where Zainuddin and Hayati make up; she then dies in his arms. Zainuddin's health worsens not long afterwards. After he dies, he is buried next to Hayati.
Why film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck into a film depicting the life of me, because I ever had a sense of where the people I cared about and loved me part ways just because of different tribes. I ever spend my life with people who have the same tribal lineage with my father, I am even being hurt and finally I realized that he always there for me. Like Zainuddin who is always there for Hayati although he was many times feel the bitterness of love Hayati he still loved her even though it is still not yet willing to admit it.


Sumber : wikipedia

Komentar

Baca juga, yuk!

Arunika : Budi, Seorang yang di Etalase

        Sore itu langit sedang indah-indahnya. Mimpi Arunika masih sama, namun ternyata jalan menuju mimpi tersebut tidak hanya berbau hal-hal akademik, organisasi, dan keluarga. Ia duduk di tepi sungai tempat biasa melihat senja, hari itu ia merenung dengan diri sendiri. Tanpa si Jingga sahabat karibnya yang sangat suka mengejar senja. Arunika sebetulnya sangat menyukai senja, memotret bahkan menulis tentangnya. Namun, bagaikan seorang yang sedang kekenyangan, kali itu ia hanya memadang senja dengan sebuah kesedihan, karena tak mampu melahapnya. Tak lama datang seorang pria berambut ikal sepinggang dengan kumis tipis dan tatapan tajam, Budi namanya.         Jauh sebelum ia duduk di tepi sungai dan melihat senja, Arunika sudah mengenal seorang Budi. Budi adalah aktivis HAM di kotanya, mereka saling kenal karena Komunitas Penggores Pena (KPP) tempat Arunika menyerahkan pemikiran dan rumah ketiga bagi Budi selain rumahnya dan sekretariat di kampus. Budi merupakan mahasiswa Fakultas

Legowo

              Hari ini aku mematahkan pensil kesayanganku yang menjadi teman ketika aku membaca buku, ia yang menandai kalimat-kalimat manis ataupun penuh makna di dalam buku-buku yang pernah ku baca. Sejauh perjalananku, tak pernah aku ingin menggantikan pensil itu, meskipun sudah terlihat usang dan rapuh. Jangankan untuk menggantikannya, berfikir akan hal itupun aku tak pernah. Lalu, entah kapan aku mengenal kata “ Legowo ” dan berfikir aku sudah pada tahap itu atas pensil patahku. Apakah aku sudah benar-benar legowo ?             Iseng saja, aku mencari arti legowo di google, hanya untuk memperkaya pemahamanku tentang kata itu. Aku juga mencari kata itu di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang ku temui adalah legowo merupakan kalimat tidak baku dari legawa yang berarti dapat menerima keadaan atau sesuatu yang menimpa dengan tulus hati; ikhlas; rela.             Perihal legowo , aku juga bertanya pada beberapa kawan yang berdarah Jawa maupun bukan, tentang pemahaman mer

RAIH (Kisah Tentang Ia yang Disampahkan)

Kali ini adalah langkah terberat untuk Arunika ketika ia harus memilih mundur atau bertahan. Senja masih menyinari senyumannya sore itu, namun untuk kesekian kali senja tak akan bisa mengiringinya dalam melangkah. Menempa diri tanpa stamina penempa, bagaikan sebuah kertas kosong yang tak ada arah, terbang berlalu tanpa sebuah rumah. Dengan berat hati, namun diiringi keberanian dan tekad. Ia memasukkan sebuah catatan panjang tentang kedewasaan yang pernah ia curi dari rumahnya. Terik mentari memang selalu menjadi sebuah keseharian, namun kali itu ia juga tak mengingat sama sekali ada seorang yang akan mengisi hari sepinya. Terlampau jauh dari masalah percintaan, masalah hidupnya jauh lebih pelik. Maka dari itu, ia memilih membutakan mata dan hatinya hari itu. Memungut sisa-sisa kesetiakawanan, berat namun sangat mengagumkan. Tugas akhir yang kian membunuh dirinya, namun malah ia diasingkan dari dunia hanya karena ia memilih berkutat dalam diam. Hidup memang sebuah pilihan. Mem